Mengenal Pertanian Terasering sebagai Warisan Budaya Tani – Pertanian terasering merupakan salah satu teknik bercocok tanam yang telah dikenal sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Metode ini muncul sebagai jawaban atas tantangan geografis, terutama di wilayah pegunungan atau daerah dengan kontur tanah miring. Dengan membentuk lahan pertanian berupa undakan atau teras, para petani dapat mengolah tanah yang awalnya tidak memungkinkan untuk ditanami menjadi lahan produktif.
Sejarah pertanian terasering dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Di Asia, terutama di Tiongkok, Filipina, dan Indonesia, sistem ini berkembang pesat sebagai cara menanam padi di daerah pegunungan. Salah satu contoh paling terkenal adalah sawah terasering di Ubud dan Tegalalang, Bali, serta sawah di Dieng, Jawa Tengah, yang tidak hanya berfungsi untuk produksi pangan, tetapi juga menjadi ikon wisata yang mendunia. Di luar Asia, suku Inca di Peru juga menerapkan sistem terasering di lereng pegunungan Andes dengan hasil yang mengagumkan.
Lebih dari sekadar teknik bertani, terasering juga mengandung filosofi kearifan lokal. Bagi masyarakat Bali, sawah terasering berhubungan erat dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian terasering bukan hanya aktivitas ekonomi, melainkan juga mencerminkan nilai budaya, spiritual, dan sosial yang diwariskan turun-temurun.
Fungsi dan Manfaat Pertanian Terasering
Pertanian terasering memiliki manfaat besar, baik dari sisi ekologis maupun sosial-ekonomi masyarakat. Beberapa fungsi utama yang dapat diperhatikan antara lain:
-
Mencegah Erosi Tanah
Lereng pegunungan sangat rentan terhadap erosi akibat air hujan. Dengan adanya terasering, air tidak langsung mengalir ke bawah, melainkan tertahan di tiap undakan sehingga mengurangi kecepatan aliran. Tanah menjadi lebih stabil, dan unsur hara tidak mudah hanyut. -
Mengoptimalkan Lahan Pertanian
Tanah miring yang awalnya tidak bisa dimanfaatkan menjadi lahan produktif setelah dibuat undakan. Hal ini memungkinkan petani di daerah pegunungan tetap dapat menanam padi, sayuran, atau tanaman perkebunan. -
Pengaturan Sistem Irigasi
Terasering juga berfungsi sebagai pengatur aliran air. Air irigasi dapat dialirkan dari bagian atas ke bawah secara merata melalui sistem saluran kecil, sehingga setiap petak sawah mendapatkan suplai air yang cukup. -
Peningkatan Estetika Lanskap
Selain bermanfaat secara praktis, terasering menciptakan pemandangan yang indah. Bentangan sawah bertingkat menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan manfaat ekonomi tambahan bagi masyarakat sekitar. -
Pelestarian Budaya Lokal
Terasering bukan hanya hasil kerja keras petani, tetapi juga wujud kebersamaan masyarakat. Proses pengerjaan, pengelolaan air, hingga panen sering melibatkan gotong royong. Nilai ini memperkuat ikatan sosial di pedesaan.
Tantangan dan Upaya Pelestarian Pertanian Terasering
Meski memiliki banyak keunggulan, pertanian terasering juga menghadapi tantangan serius di era modern. Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan kurangnya regenerasi petani menjadi faktor utama yang mengancam kelestariannya. Banyak generasi muda desa memilih meninggalkan pertanian untuk mencari pekerjaan di kota, sehingga lahan sawah terasering dibiarkan terbengkalai.
Selain itu, perubahan iklim juga mempengaruhi keberlangsungan sistem ini. Hujan dengan intensitas tinggi dapat merusak undakan, sementara musim kemarau panjang membuat irigasi tidak berjalan optimal. Jika tidak dikelola dengan baik, terasering bisa berubah menjadi sumber longsor yang membahayakan.
Untuk menjaga keberlanjutan pertanian terasering, diperlukan berbagai upaya, antara lain:
-
Perawatan dan Rehabilitasi Teras
Undakan harus diperbaiki secara rutin agar tidak runtuh. Penggunaan tanaman penutup tanah di dinding teras juga bisa membantu menahan erosi. -
Penerapan Teknologi Tepat Guna
Menggabungkan kearifan lokal dengan teknologi modern, seperti sistem irigasi otomatis atau pupuk organik cair, bisa meningkatkan hasil pertanian tanpa merusak lingkungan. -
Edukasi dan Regenerasi Petani
Perlu ada program yang mendorong generasi muda untuk tetap tertarik pada pertanian. Misalnya, melalui pelatihan agro-wisata atau pemasaran digital hasil panen. -
Pengembangan Wisata Berbasis Terasering
Mengintegrasikan pertanian dengan pariwisata bisa memberikan nilai tambah. Sawah terasering tidak hanya sebagai lahan pangan, tetapi juga sebagai destinasi wisata edukatif dan budaya. -
Dukungan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah perlu memberikan insentif bagi petani yang masih menjaga pertanian terasering, baik berupa subsidi, bantuan infrastruktur, maupun akses pasar.
Kesimpulan
Pertanian terasering adalah warisan budaya tani yang mencerminkan kearifan lokal dan keselarasan manusia dengan alam. Lebih dari sekadar teknik mengolah tanah miring, sistem ini menyimpan nilai sejarah, filosofi, dan fungsi ekologis yang sangat penting. Dari mencegah erosi, menjaga ketersediaan air, hingga memperindah lanskap alam, terasering memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia.
Namun, keberlanjutannya tidak terlepas dari tantangan modern seperti urbanisasi, perubahan iklim, dan kurangnya regenerasi petani. Oleh karena itu, pelestarian terasering membutuhkan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan generasi muda agar warisan budaya ini tidak hilang ditelan zaman.
Dengan menjaga pertanian terasering, kita tidak hanya melestarikan teknik bercocok tanam kuno, tetapi juga mempertahankan identitas budaya, menjaga keseimbangan lingkungan, serta memastikan keberlanjutan pangan untuk generasi mendatang.